Masalah Perekonomian di Indonesia, Pengertian, Klasifikasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Masalah Perekonomian di Indonesia, Pengertian, Klasifikasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Masalah Perekonomian di Indonesia (Source: Saintif)

RICKYAJA.com – Isu ekonomi dan sosial terus menjadi isu terpenting di Indonesia. Selama sumber daya terbatas dan kebutuhan manusia tidak terbatas, akan selalu ada masalah ekonomi. Salah satu contoh masalah ekonomi adalah kekurangan beras di Indonesia, padahal beras sebagai kebutuhan utama bagi masyarakat kita.

Simak penjelasan lebih mendalam tentang masalah ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:

Daftar Isi

Pengertian Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi ialah masalah yang muncul ketika kebutuhan dan keinginan terbentur dengan sumber daya yang terbatas. Masalah ekonomi ini selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Intinya kebutuhan dan keinginan manusia itu banyak dan tidak terbatas. Namun, ketersediaan sumber daya yang diperlukan tidak dapat memenuhi keinginan tersebut. Inilah masalah utama dalam ilmu ekonomi klasik yang sering kita jumpai.

Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Ekonomi

Dalam masalah ekonomi, masyarakat menghadapi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, dan papan. Faktor yang mempengaruhi masalah keuangan itu sendiri misalnya

1. Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia (SDM) meliputi ketersediaannya tenaga kerja handal dan berkualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai individu produktif yang berperan sebagai penggerak suatu organisasi baik institusi maupun perusahaan dapat dipelajari dengan jelas dalam buku Ekonomi Sumber Daya Manusia. SDM merupakan elemen inti dari suatu organisasi dibandingkan dengan elemen sumber daya lainnya seperti modal, teknologi karena orang berperan dalam mengelola faktor lain. Pengertian sumber daya manusia (SDM) dibagi lagi menjadi dua bagian yang merupakan sumber daya manusia (SDM) makro, yaitu. jumlah penduduk usia kerja di suatu wilayah, dan sumber daya manusia (SDM) mikro, yaitu orang-orang yang bekerja di. lembaga atau perusahaan. Peningkatan kompetensi kepribadian dapat dilakukan melalui beberapa program pelatihan yang menitikberatkan pada pengembangan manajemen dan kompetensi sesuai bidang minat dan pekerjaannya.

2. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu dari alam yang dapat digunakan untuk kebutuhan hidup manusia. Menurut pembentukannya, sumber daya alam dibagi menjadi sumber daya alam terbarukan (jumlahnya tidak terbatas) dan sumber daya alam tidak terbarukan (jumlahnya terbatas dan dapat digunakan). Sumber daya alam dan hubungannya dengan masalah ekonomi sangat erat kaitannya dengan ketersediaan atau kekurangan bahan baku akibat pertumbuhan penduduk yang cepat dan berkurangnya penggunaan lahan untuk sumber daya alam. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang ekonomi sumber daya alam, Grameds dapat membaca buku Ekonomi sumber daya alam, yang hadir dengan pendekatan grafis dan matematis untuk membantu Anda memahaminya dengan lebih baik.

3. Proses Distribusi

Meskipun ini adalah masalah keuangan yang cukup sederhana dan klasik. Proses distribusi memiliki dampak yang signifikan terhadap masalah ekonomi, terutama dalam hal barang kebutuhan pokok yang diproduksi untuk kebutuhan pemerataan. Pemasaran sebagai kegiatan atau kegiatan dimana produk disampaikan dalam bentuk rantai pasokan dari pemasok ke konsumen. Distribusi merupakan salah satu keunggulan terpenting perusahaan karena secara langsung mempengaruhi biaya produksi dan kebutuhan konsumen. Memiliki fungsi distribusi yang tepat sangat membantu keuntungan perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat menurunkan biaya modal lebih lanjut dan menghasilkan permintaan konsumen yang tinggi untuk produk mereka. Seiring berkembangnya teknologi digital di era 4.0 saat ini, proses distribusi pun ikut berubah dan menyesuaikan dengan perkembangan.

4. Tingkat Konsumsi

Perbedaan gaya hidup itu pastinya sebanding dengan seberapa banyak tingkat konsumsi yang dibutuhkan konsumen. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap berlanjutnya penurunan belanja konsumen, yang akan menyebabkan masalah keuangan jika terus berlanjut. Alasan ini termasuk kesempatan kerja yang terbatas. Dampak dari terbatasnya kesempatan kerja adalah tingginya angka pengangguran yang pada gilirannya menurunkan kesejahteraan. Pengangguran mengakibatkan turunnya kesejahteraan masyarakat  tentunya yang akan mengurangi hasrat masyarakat untuk membeli barang. Selain itu, kenaikan harga juga berdampak besar terhadap perekonomian. Tentu saja ada alasan lain atau kenaikan harga yang konstan. Inflasi sebagai penurunan nilai tukar yang konstan. Ini mungkin karena permintaan meningkat tetapi biaya persediaan terbatas, peningkatan produksi atau jasa, dan sejumlah besar uang beredar di masyarakat.

5. Modal Kerja

Proses produksi tentunya membutuhkan modal kerja untuk menyelesaikan produksi dengan baik dan memenuhi permintaan konsumen. Meski modal kerja terkadang sangat sulit didapatkan, apalagi di masa pandemi saat ini. Karena dampak Covid-19 tidak hanya menimpa individu, sektor perbankan sebagai penghasil modal kerja juga terpuruk. Modal kerja sebagai jumlah aset lancar. Waktu tersedianya modal kerja tergantung pada jenis dan tingkat likuiditas komponen aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.

Klasifikasi Masalah Ekonomi

1. Masalah Ekonomi Klasik

Pada tahun 1870, Adam Smith adalah pelopor teori ekonomi klasik. Pendukung teori ini berpendapat bahwa masalah ekonomi merupakan satu kesatuan proses yang terdiri dari proses produksi, distribusi dan konsumsi.

2. Masalah Ekonomi Modern

Inti dari permasalahan ekonomi saat ini adalah bagaimana membuat keputusan yang akurat dalam mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Dalam permasalahan ekonomi dewasa ini, biasanya menjadi kewajiban untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu: Apa yang diproduksi, bagaimana diproduksi dan untuk siapa diproduksi.

Masalah Perekonomian Indonesia

Masalah ekonomi dan sosial tetap menjadi masalah terbesar Indonesia. Kepala ekonom Indef Nawir Messi merangkum beberapa di antaranya:

1. Penerimaan Pajak Yang Rendah Dan Rasio Utang Yang Meningkat

INDEF melaporkan bahwa tarif pajak Indonesia mengalami penurunan pada periode 2012-2017. Selain itu, pencapaian tarif pajak masih jauh dari target RPJMN 2015-2019 sebesar 15,2 persen. Pemungutan pajak yang tidak maksimal juga tercermin dari defisit pajak yang terus berlanjut. Pada saat yang sama, pertumbuhan utang terhadap PDB berbanding terbalik dengan tarif pajak. Akibatnya, beban pembayaran bunga utang terhadap belanja pemerintah akan meningkat, dari 11 persen pada 2014 menjadi 17,13 persen.

2. Inkonsistensi Kebijakan Subsidi Energi

Pada 2015, subsidi energi dipotong 65,16 persen menjadi Rp 119 triliun. Pengurangan subsidi berlanjut pada 2016 dan 2017. Namun pada 2018, subsidi energi kembali naik menjadi 57 persen dan pada 2019 menjadi 4,23 persen. Agar subsidi energi tidak naik, menurut INDEF, pemerintah perlu menentukan kelompok sasaran subsidi, misalnya konsumen listrik 3 kilogas, 900 VA yang mampu membelinya. Selain itu, komitmen pemerintah untuk menghapus subsidi energi harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025.

3. Ketidaksiapan Menghadapi Revolusi Industri 4.0

INDEF menilai wacana revolusi industri 4.0 belum dilaksanakan dengan perencanaan yang matang. Alasannya adalah perencanaan mendasar, yang membutuhkan pengembangan di bidang prioritas, dan tidak ada rencana untuk infrastruktur dasar Industri 4.0, yaitu. Internet of Things (IoT), dan tidak ada rencana untuk menguranginya juga. tenaga kerja yang terkena dampak tindakan tersebut. pengenalan otomatisasi di sektor ini.

4. Daya Saing Rendah

Selama tiga tahun terakhir, Indonesia terus menurun sebagai tujuan investasi asing langsung. Selain itu, jumlah perusahaan di Indonesia mulai menurun. Di sisi lain, Vietnam masih memiliki catatan lebih baik dalam menarik investasi asing langsung, salah satunya dari Jepang. Tidak seperti Indonesia, popularitas Vietnam terus meningkat di kalangan investor Jepang selama tiga tahun terakhir.

5. Daya Beli Stagnan

Inflasi tahunan sebesar 2,48% per tahun, namun masih belum mampu menaikkan daya beli yang masih stagnan. Inflasi yang rendah saat ini sangat mungkin dibarengi dengan penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, suku bunga pinjaman tetap tidak berubah hingga pertumbuhan dunia bisnis sangat cepat. Penyebab stagnasi daya beli masyarakat biasanya adalah pendapatan yang diterima, harga barang dan jasa, dan jumlah barang yang dikonsumsi.

6. Dana Desa Bermasalah

Alokasi dana desa akan terus meningkat dari Rp 20,8 triliun menjadi Rp 70 triliun tahun ini. Porsi dana desa dalam transfer daerah juga terus tumbuh dari 3,45 persen menjadi 8,47 persen. Pada saat yang sama, INDEF menunjukkan bahwa peningkatan dana tidak berbanding lurus dengan peningkatan indikator sosial di pedesaan. Masih ada 10 provinsi yang ketimpangan perdesaannya lebih tinggi dari nasional, yaitu Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat.

7. Urgensi Untuk Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi

Indef melaporkan Indonesia tumbuh rata-rata 5,27 persen selama dua dekade terakhir (2000-2018).Namun, tingkat pertumbuhan ini tidak cukup untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah dan berkembang menjadi negara maju. Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan ekonomi. Dikarenakan ketimpangan sosial, pengangguran masih tinggi,  dan kemiskinan. Pangsa PDB masih 58,5% terkonsentrasi di Jawa dan meningkat dalam lima tahun terakhir.

8. Dilema Pertumbuhan Ekonomi vs Impor

Tingkat impor Indonesia tetap tinggi seiring dengan penurunan produksi di sektor pertanian dan peternakan, sementara pertumbuhan penduduk terutama kelas menengah terus meningkat. Impor sendiri adalah pengangkutan barang atau barang dagangan dari satu negara ke negara lain. Proses impor biasanya merupakan tindakan membawa barang atau barang dagangan dari negara lain ke suatu negara. Impor barang dalam jumlah besar biasanya membutuhkan intervensi dari bea cukai negara pengirim dan penerima. Industri ini juga terus bergantung pada bahan baku impor yang tumbuh 9% selama tiga tahun terakhir. Hal ini kemudian menunjukkan bahwa industri dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan, karena struktur ekonomi semakin berubah ke arah jasa. Selain itu, deindustrialisasi juga terjadi lebih cepat. Di Indonesia, pangsa industri dalam PDB turun 7% dalam sepuluh tahun terakhir, sedangkan di Thailand dan Malaysia paling banyak turun 4%. Deindustrialisasi Indonesia juga diperparah dengan perubahan struktur investasi asing langsung (FDI) yang umumnya terjadi di sektor jasa (jasa, ekonomi digital), dibandingkan sekunder (industri). Untuk mengatur berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia, pemerintah menetapkan hukum ekonomi yang diatur dan ditegakkan oleh semua pihak.

 

Penulis,

Ricky Kurniawan