RICKYAJA.com – Masalah tidak pernah lepas dari semua sektor negara, termasuk sektor pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini masalah pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya terselesaikan. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor penentu peningkatan sumber daya manusia negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia tidak diragukan lagi menghambat pembangunan negara.
Tanpa kualitas sumber daya manusia yang terampil, tidak peduli seberapa banyak sumber daya alam dapat dimaksimalkan jika tidak dikelola oleh orang yang tepat.
Lantas apa saja tantangan pendidikan yang dihadapi Indonesia selama ini? Yuk simak ulasannya.
Daftar Isi
Masalah pendidikan di Indonesia
Masalah pendidikan Indonesia harus segera diwaspadai dan diatasi. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia disebut masih tertinggal di bidang pendidikan. Namun, tidak berarti Indonesia tanpa Harapan. Di era Sukarno, Indonesia digadang-gadang sebagai macan Asia yang dipuja. Masalah pendidikan di Indonesia sangat kompleks. Jika permasalahan yang muncul cukup meresahkan maka maksimalkan dunia pendidikan.
Nah berikut beberapa masalah pendidikan di Indonesia yang masih ada saat ini.
Kurangnya biaya untuk pendidikan
Bukan hanya soal biaya pendidikan di lembaga formal dan informal. Juga termasuk biaya yang terkait dengan pembayaran properti dan layanan seperti buku, alat tulis, seragam, dan transportasi. Kecuali bahwa mereka yang berjuang secara finansial lebih memilih untuk bekerja daripada melanjutkan studi mereka untuk mengatasi meningkatnya biaya hidup. Bahkan, pemerintah mengembangkan kurikulum gratis dan program wajib belajar 12 tahun untuk mengatasi masalah ini. Namun, masalah keuangan pendidikan di Indonesia tidak begitu mudah dipecahkan. Hal ini disebabkan tidak meratanya penyaluran dana untuk program pendidikan. Belum lagi menurut HSBC Global Report 2017, Indonesia adalah salah satu negara dengan biaya pendidikan tertinggi di dunia.
Kualitas tenaga pendidik yang buruk
Rendahnya kualitas pendidik merupakan salah satu masalah dalam pendidikan di Indonesia. Tidak semua guru dapat mengajar mata pelajaran sesuai dengan keahliannya. Pendidikan Indonesia menempati urutan ke-10 dan terakhir di antara 14 negara berkembang dalam hal kualitas guru, menurut laporan Global Education Monitoring (GEM) UNESCO tahun 2016. Selain itu, antara tahun 1999 dan 2000, jumlah guru tumbuh secara signifikan, sebesar 382 persen menjadi lebih dari 3 juta. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah siswa yang sekitar 17 persen. Dilihat dari jumlah guru, 52 persen guru masih belum memiliki kualifikasi profesi dan 25 persen belum memiliki kualifikasi akademik.
Dana pendidikan yang tak murah
Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah biaya pendidikan, padahal sekolah diiklankan gratis. Namun, bagian yang dibayar masih ada. Ironisnya, tidak sedikit orang miskin yang hanya mampu membayar sedikit.
Kurangnya bahan ajar dan pembelajaran
Masalah pendidikan di Indonesia selanjutnya adalah kurangnya bahan ajar. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, siswa harus mendapatkan buku teks atau kertas survei untuk latihan. Pembelajaran juga dapat terhambat oleh kurangnya perpustakaan atau bahan pelajaran. Daerah berpenduduk miskin harus diberi lebih banyak bantuan dalam bentuk materi pendidikan. Tidak hanya itu, guru juga membutuhkan bahan ajar dengan materi yang berkualitas dan sesuai dengan kurikulum saat ini. Jika guru menggunakan bahan ajar yang sudah ketinggalan zaman, kegiatan pembelajaran tentu jauh dari optimal. Hal ini mempengaruhi asimilasi pengetahuan oleh siswa.
Tidak ada fasilitas yang cukup
Masalah pendidikan di Indonesia selanjutnya adalah terkait fasilitas. Lokasi yang direncanakan memiliki ruang belajar beserta isinya. Tidak hanya sempurna, tetapi juga keterampilan yang sesuai. Contoh layanan pendidikan yang diberikan antara lain papan tulis, meja, kursi, alat laboratorium atau alat elektronik. Bayangkan jika strukturnya rusak, itu mengganggu proses belajar mengajar. Masalah lain juga terkait dengan perkembangan teknologi. Meskipun siswa sekarang dapat belajar secara digital, hanya segelintir yang dapat mengapresiasinya. Siswa dari keluarga kurang mampu bahkan tidak mendapatkan pelayanan dasar yang memadai. Hal-hal seperti itu harus menjadi perhatian pemerintah nasional.
Kualitas pendidikan yang buruk
Salah satu masalah pendidikan di Indonesia juga adalah rendahnya kualitas pendidikan. Salah satu penyebab buruknya kualitas pendidikan mungkin dari sudut pandang masyarakat luas. Dimana belajar bukanlah kewajiban atau pengetahuan diri, yang merupakan semacam kewajiban untuk diri sendiri. Belajar adalah tanggung jawab setiap orang untuk hidup dan bertahan dari kelaparan. Sayangnya, pengejaran ilmu sebagai kewajiban kini telah menjadi pengejaran pangkat, prestise, dan gelar. Di sinilah buruknya kualitas pendidikan dimulai.
Minoritas untuk kelompok penyandang disabilitas
Masalah pendidikan di Indonesia kurang mendapat perhatian, justru masalah pendidikan bagi penyandang disabilitas. Ternyata masih banyak kelompok difabel yang kesulitan mencari sekolah inklusif. Artinya, sekolah inklusi bagi mereka masih sangat sedikit. Di sisi lain, sekolah inklusi juga secara tidak langsung terbelah dan semakin tertutup dari realitas sosial.
Hambatan yang sering dihadapi penyandang disabilitas dalam memilih sekolah umum adalah terbatas pada pembangunan sekolah yang tidak sesuai untuk penyandang disabilitas. Misalnya, tidak ada jalan atau pintu akses khusus untuk penyandang disabilitas yang menggunakan sepatu roda, yang kurang dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Belum lagi masalah buku pelajaran yang dikemas dalam huruf Braille.
Ternyata siswa penyandang disabilitas harus belajar lebih dari rata-rata. Sepulang sekolah, anak-anak lain bisa saja bermain dan bersenang-senang, tetapi mereka tidak punya waktu untuk bermain karena mereka mengejar ketertinggalan. Karena keterbatasan tersebut, mereka dituntut untuk belajar lebih banyak.
Oleh karena itu, keseimbangan belajar sangat diperlukan bagi kelompok penyandang disabilitas. Belum lagi kurangnya akses jalan, sistem pembuangan limbah sekolah dan keramahan disabilitas. Memang, semuanya harus dibangun sesuai standar disabilitas. Fakta bahwa mereka adalah minoritas tidak berarti bahwa mereka kehilangan hak untuk menggunakan struktur publik.
Setidaknya jika pekerjaan pembangunan dilakukan dengan cara yang dapat diakses oleh difabel, masyarakat juga akan memiliki akses ke sana. Ketika masyarakat pada umumnya menerapkan standar perkembangan, penyandang disabilitas sulit untuk mengaksesnya. Jadi mereka tampak didorong ke samping.
Meskipun mereka adalah generasi penerus dengan hak yang sama, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan hak untuk bahagia. Bukan karena minoritas, tapi itu membuatnya semakin berbeda. Mereka sebenarnya kuat, bahkan kita bisa menyebut mereka lebih kuat. Mereka benar-benar istimewa, tidak istimewa dalam arti negatif, tetapi benar-benar istimewa dalam arti sebenarnya karena mereka memiliki ketekunan yang kuat.
Mutu pendidikan yang rendah
Salah satu penyebab minimnya pendidikan adalah anggapan masyarakat umum bahwa belajar itu tidak wajib. Sangat disayangkan bahwa belajar sekarang dijadikan sebagai ajang untuk mendapatkan gengsi, mencari nilai bahkan mendapatkan gelar.
Kekerasan dalam dunia pendidikan
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari hingga Oktober 2019 tercatat 127 kasus kekerasan di lembaga pendidikan, baik kekerasan fisik, psikis, maupun seksual. Menurut KPAI, terkait masalah pendidikan di Indonesia melibatkan guru atau kepala sekolah, siswa dan orang tua siswa.
Dunia pendidikan dan dunia kerja tidak cocok
Banyak lulusan SMA dan perguruan tinggi yang kurang mumpuni di bidang teknologi dan industri. Kebijakan menghubungkan sistem pendidikan dengan dunia industri tidak benar-benar dilaksanakan dan kebutuhan sektor tersebut tidak cukup diperhatikan.
Pungutan liar masih merajalela
Umumnya para pegawai, guru, pengurus sekolah dan lain-lain memungut pungutan liar tersebut dari siswa dalam bentuk uang dan lain-lain. Contoh pembayaran yang tidak patuh seperti sumbangan ke masjid dengan nilai yang tidak biasa dan menggunakan pungutan liar untuk kesejahteraan pribadi
Pendidikan agama dan mental belum maksimal
Anak harus dididik baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga dan dididik dengan cara yang baik. Mengembangkan watak dan karakter itu sangat penting. Tentunya bangsa Indonesia menginginkan bangsa yang unggul dengan akhlak yang baik, budi pekerti yang baik, budi pekerti yang baik dan peradaban yang luhur.
Solusi masalah pendidikan di Indonesia
Secara umum, ada dua solusi yang dapat diberikan untuk menyelesaikan masalah di atas, yaitu:
Solusi sistemik
Yaitu mengubah sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini dilaksanakan dalam kerangka sistem ekonomi kapitalis (mazhab neoliberalisme), yang prinsipnya antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pembiayaan pendidikan. Dengan demikian, sistem kapitalis saat ini harus dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam, yang menetapkan bahwa pemerintah bertanggung jawab membiayai seluruh pendidikan masyarakat.
Solusi teknis
Yaitu solusi yang secara langsung menyangkut masalah teknis yang berkaitan dengan pendidikan. Pemecahan tersebut misalnya memecahkan masalah kualitas guru dan kinerja siswa dengan meningkatkan kesejahteraan, serta membiayai kelanjutan pendidikan guru ke jenjang yang lebih tinggi dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Prestasi siswa yang rendah dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas mata pelajaran dan pembelajaran, meningkatkan alat peraga dan kesempatan pelatihan, dll.
Penulis,
Ricky Kurniawan