Benteng Fort Rotterdam, Sejarah dan Fungsinya

Benteng Fort Rotterdam, Sejarah dan Fungsinya
Fort Rotterdam Makassar (Source: Wikipedia)

RICKYAJA.com – Benteng Fort Rotterdam atau mempunyai nama lain Benteng Ujung Pandang merupakan salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Gowa – Tallo yang berada di Kota Makassar. Benteng yang dibangun oleh Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng yang merupakan Raja Gowa ke – 10 pada Tahun 1545.

Temboknya yang memiliki ketebalan hampir dua meter, warnanya hitam, dengan tinggi hampir lima meter merupakan ciri khas dari benteng ini. Gerbang utamanya melengkung dan sebuah papan nama terpahat pada bagian atas gerbang bertuliskan ”Fort Rotterdam”

Bentuk awal dari Benteng Fort Rotterdam merupakan ciri khas dari benteng Portugis, yaitu berbentuk segi empat. Bentuk dari Benteng Fort Rotterdam sengaja dibangun berbentuk penyu. Hal ini konon menandakan bahwa Kerajaan Gowa-Tallo berjaya di daratan dan lautan. Namun benteng ini dibangun Kembali oleh VOC pada abad ke – 17 setelah Kerajaan Gowa – Tallo menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya dengan Belanda.

Meski telah dibangun berabad abad lalu, namun bangunan ini masih terlihat kokoh, bukan hanya bagian luar. Jika masuk ke dalam bagian benteng ini melalui gerbang utama, maka akan nampak bangunan – bangunan tua yang terawat dan dijaga dengan baik. Selain itu, di bagian tengah benteng Fort Rotterdam terdapat taman dengan rumput hijau, bersih dan tertata dengan rapi.

Sejarah Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam dahulu bernama Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang. Benteng ini merupakan peninggalan Kerajaan Gowa – Tallo.

Konstruksi bangunan dari benteng Fort Rotterdam pada awalnya adalah tanah liat. Namun ketika masa pemerintahan Sultan Alauddin di tahun 1634, material bangunan dari benteng ini diganti menjadi batu padas yang berasal dari daerah Maros tepatnya Pegunungan Karst.

Serbuan VOC antara tahun 1655-1669 dibawah kepemimpinan Cornelis J. Speelman mengakibatkan Benteng Fort Roterdam mengalami kerusakan parah.

Setelah kalah dalam Perang Makassar, Kerajaan Gowa – Tallo yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin saat itu dengan terpaksa menyerahkan Benteng Ujung Pandang ke pihak Belanda. Penyerahan ini merupakan bagian dari Perjanjian Bongaya.

Benteng Ujung Pandang berganti nama menjadi Benteng Fort Rotterdam setelah kolonial Belanda mengambil alih benteng ini.

Fungsi Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam adalah satu dari 15 benteng pengawal dari kerajaan Gowa-Tallo yang sengaja dibangun untuk menangkal serangan dari Belanda kala itu. Dengan benteng utamanya adalah Benteng Somba Opu yang terhampar dari Utara ke Selatan. Namun, Belanda sudah menghancurkan benteng lainnya.

Fungsi Benteng Fort Rotterdam berubah sejak benteng ini jatuh ke tangan Belanda. Sejak tahun 1930, Benteng Fort Rotterdam berubah menjadi kediaman pejabat tinggi, kantor pusat perdagangan, dan pusat pemerintahan dan markas komando pertahanan.

Saat masa pendudukan Jepang di Indonesia Tahun 1942-1945, Benteng Fort Rotterdam difungsikan sebagai pusat penelitian ilmu pengetahuan dan Bahasa. Selama Perang Dunia II berlangsung, Jepang juga pernah menggunakan Benteng Fort Rotterdam sebagai tempat untuk tawanan perang mereka.

Benteng Fort Rotterdam kemudian diambil alih kembali oleh Belanda pada tahun 1945-1949 dan difungsikan sebagai kamp pertahanan Belanda dalam menghadapi pejuang Indonesia.

Hingga saat ini Benteng Fort Rotterdam digunakan sebagai pusat budaya, pendidikan, tempat untuk acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah. Di dalam benteng ini juga terdapat La Galigo,  yang merupakan Museum Provinsi Sulawesi Selatan.

Peristiwa penawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1833 merupakan salah satu kisah bersejarah yang terjadi dalam benteng Fort Rotterdam. Di tempat inilah, Pangeran Diponegoro menyusun catatan mengenai budaya Jawa, misalnya perwayangan , sejarah, dan ilmu pengetahuan hingga wafatnya pada tahun 1855.

 

Penulis,

Ricky Kurniawan